Senin, 16 November 2015

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK



Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) model pembelajaran untuk anak tingkat Sekolah Dasar kelas rendah, yaitu kelas 1, 2, dan 3 adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema (tematik). Tematik diberikan bertujuan untik menyatukan konten kurikulum dalam unit-unit yang utuh dan membuat pebelajaran lebih terpadu, bermakna, dan mudah dipahami oleh siswa SD/MI.


A.  Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Berdasarkan panduan KTSP, pengelolaan kegiatan pembelajaran pada kelas awal Sekolah Dasar dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar biasanya dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran tematik dan diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah/madrasah. Dengan demikian, kegiatan menganalisis kompetensi dasar, hasil belajar dan indicator dilaksanakan bersamaan dengan penentuan jaringan tema. Tema-tema yang bisa dikembangkan di kelas awal Sekolah Dasar mengacu kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.        Pengalaman mengembangkan tema dalam kurikulum disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan dikembangkan.
2.        Dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak (expanding community approach).
3.        Dimulai dari hal-hal yang mudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang konkrit menuju yang abstrak.
KTSP merupaka kurikulum operasional yang berbasis kompetensi sebagai hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian yang mendalam dari kurikulum yang telah berlaku beserta pelaksanaannya. Kompetensi yang telah dikembangkan dalam KTSP diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan,ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini ditujukan untuk menciptakan lulusan yang berkompeten dan cerdas dalam membangun integritas social, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.
Dalam implementasi KTSP, telah dilakukan derbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan afektifitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pembelajaran. Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistic, autentik,dan berkesinambungan.
B.  Tahap Perkembangan Belajar Anak Sekolah Dasar
Tahap perkembangan tingkah laku belajar siswa Sekolah Dasar sangat di pengaruhi oleh aspek-aspek dalam dirinya dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Menurut Pieget (1950) setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpresentasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori kognitif).
Menurut Pieget, setiap anak memilliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu system konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi, yaitu menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan akomodasi, yaitu proses pemanfaatan konsep-konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan objek yang dilihatnya.
Pieget membagi perkembangan berpikir anak ke dalam tahap-tahap sebagai berikut: usia 0-2 tahun (sensorimotor), 2-7 tahun (praoperasional), 7-11 tahun (operasi konkret), dan usia 11 tahun lebih (oprasi formal). Pada setiap tahapan tersebut menunjukkan perilaku yang unik,dinamis dan menjadi ciri psikologis dari perilaku belajar pada rentang usia tersebut.
Anak pada usia Sekolah Dasar (7-11 tahun) berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia ini tingkah laku anak yang tampak yaitu:
Ø  Anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek yang lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.
Ø  Anak mulai berfikir secara operasional.
Ø  Anak mampu menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda.
Ø  Anak dapat membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat.
Ø  Anak dapat memahami konsep substansi, panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan, dan berat.
Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri, yaitu: konkret, integrative, dan hierarkis. Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia sekolah dasar.
Anak usia sekolah dasar belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu,hal ini melukiskan cara berpikir deduktif yakni dari hal umum kebagian demi bagian. Hierarkis adalah berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Dengan demikian, perlu diperhatikan urutan logis, keterkaitan antar materi pelajaran, dan cakupan keluasan materi pelajaran.
C.  Belajaran Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning)
Menurut Jackson (1991) belajar merupakan proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman, sedangkan pembelajaran meruopakan upaya yang sistemis dan sistematis dalam menata lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta didik. Proses belajar itu sendiri bersifat individual dan konstektual, artinya proses belajar tersebut terjad dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Belajar bermakna (meaningfull learning) pada dasarnya merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka (root learning), namun berusaha mengubungkan konsep-konsep tersebut untuk menghasilkan pmahaman yang utuh, sehingga konsep konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.
Agar terjadi belajar bermakna, guru harus selalu berusaha mengetahuai dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis dan konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan yang baru yang akan diajarkan. Jaringan tema yang akan dirancang dalam pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahuai keterkaitan isi antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. Penggunaan jaringan tersebut jalan pembuka yang menghasilkan upaya terjadinya belajat bermakna. Kompetensi dasar dan materi yang luas dan tersebar pada masing-masing mata pelajaran dapat mengakibatkan pemahaman yang parsial dan tidak terintegrasi, padahal memiliki jalinan konsep yang saling terhubung.
Penetapan pembelajaran tematik dapat memberikan keterhbungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar siswa. Dengan penerapan pembelajaran tematik akan membentu para siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuat. Belajar akan lebih bermakna jika anak memahami dan mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.
D.  Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran teatik merupakan salah satu model dalam model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memunkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan autentik. Teori pembelajaran ini dimotori oleh para pakar Psikolog Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran terpadu lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning be doing).
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bemakna kepada siswa. Fokus memperhatikan dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atai gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk mengawasi konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.
Dengan adanya tema ini akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya:
1.        Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
2.        Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
3.        Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4.        Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5.        Siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6.        Siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satyu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.
7.        Guru dapat menghemat waktu yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.  
E.  Landasan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki posisi dan potensi yangs sangat strategis dalam keberhasilan proses pendidikan di sekolah dasar, maka dalam pembelajaran tematik dibutuhkan berbagai landasan yang kokoh dan kuat serta harus diperhatikan oleh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasilnya. Landasan-landasan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis.
Secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat di pengaruhi oleh tiga aliran filsafat berikut: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, (3) humanism. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memerhatikan pengaman siswa.
Dalam proses belajar, siswa dihadapkan pada permasalahan yang menuntut pemecahan, dimana siswa harus memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan pengalaman belajar yang dimilikinya. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia yang mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapatb di transfer begitu saja dari seorang guru kapada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa.
Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembeljaran yaitu:
a.         Layanan pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat individual.
b.        Pengakuan adanya siswa yang lambat (slow leaner) dan siswa yang cepat.
c.         Penyikapan terhadap hal-hal yang unik dari diri siswa, baik yang menyangkut factor personal/individual maupun yang menyangkut factor lingkungan social/kemasyarakatan.
Landasan psikologis terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menetukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Melalui pembelajaran tematik diharapkan adanya perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral maupun social.
Landasan yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembalajaran tematik di Sekolah Dasar. Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran  dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasaannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan behak mendapatkan pelayanan pendidian sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V pasal 1-b).
Selain ketiga landasan diatas, dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu juga dipertimbangkan landasan social-budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Pembelajaran selalu mengandung  nilai dan harus sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Landasan IPTEK di perlukan dalam pengembangan pembelajaran tematik sebagai upaya menyelaraskan materi pembelajaran dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi dalam dunia IPTEK, baik secara langsung maupun tidak langsung.
F.   Pentingnya Tematik untuk Murid Sekolah Dasar
Model pembelajaran tematik menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarah siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan unsur proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Pentingnya pembelajaran tematik di terapkan di Sekolah Dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, di antaranya :
1.        Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relavan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar
2.        Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
3.        Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajardapat bertahan lebih lama.
4.        Membantu mengembangkan ketrampilan berpikir siswa.
5.        Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalah yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.
6.        Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Selain adanya keunggulan-keunggulan tersebut diatas, pembelajran tematik sangat penting diterapkan di Sekolah Dasar sebab memiliki banyak nilai dan manfaat, diantaranya :
1.        Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat di kurangi bahkan dihilangkan.
2.        Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir.
3.        Pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalamamn belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapatkan pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu.
4.         Memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata, sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer belajar (transfer of learning).
5.        Dengan adanya perpaduan atarmata pelajaran, maka penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat.
G.  Karakteristik Model Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
1.        Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebgai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas siswa.
2.        Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experience). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3.        Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran menjadi begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.        Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari.
5.        Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6.        Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai minat dan kebutuhannya.
7.        Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
H.  Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut :
1.        Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2.        Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3.        Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara mandiri.
4.        Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus diajarkan dengan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
5.        Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan menghitung secara penanaman nilai-nilai moral.
6.        Tema-tema yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat.
I.     Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I, II, III Sekolah Dasar, yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan.
J.    Implementasi Pembelajaran Tematik
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh seberapa jauh pembelajaran tersebut direncanakan sesuai kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, dan kemampuan). Berkenaan dengan perencanaan pembelajaran tematik, hal pertama yang harus mendapat perhatian guru di Sekolah Dasar, yaitu kejelian mengidentifikasi SK/KD dan menetapkan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Guru harus memahami betul kandungan isi dari masing-masing kompetensi dasar dan indikator tersebut sebelum dilakukan pemaduan-pemaduan. Penerapan sistem guru di kelas di Sekolah Dasar, di mana guru memiliki pengalaman mengajarkan seluruh mata pelajaran, guru bisa cepat  melihat keterhubungan kompetensi dasar dan indikator antar mata pelajaran.
Dalam merancang pelajaran tematik di Sekolah Dasar bisa dilakukan dengan dua cara.
Pertama, dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan komptensi dasar pada beberapan mata pelajaran yang di perkirakan relavan dengan tema-tema yang ditetapkan dengan memerhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak. Cara ini biasanya dilakukan untuk kelas-kelas awal sekolah (kelas I dan II). Contoh tema yang dikembangkan, misalnya diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, pekerjaan, tumbuhan, hewan, alam sekitar, dan sebagainya.
Kedua, dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajaran pada salah satu mata pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan. Cara ini dilakukan untuk jenjang Sekolah Dasar kelas III s.d VI.
Alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan encana pelaksanaan pembelajaran tematik meliputi tujuh tahap, yaitu:
1.    Menetapkan Mata Pelajaran yang akan Dipadukan
Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan dan pencapaiaannya. Pada saat meneapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
2.    Mempelajari Kompetensi Dasar dan Indikator dari Mata Pelajaran yang akan Dipadukan
Pada tahap ini dilakukan penmgkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas yang sama dar beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan dengan menggunakan payung sebuah tema pemersatu. Sebelumnya perlu ditetapkan terlebih dahulu aspek-aspek dari setap mata pelajaran yang dapat dipadukan. Perhatikan tabel 9.1 berikut ini.
Bahasa Indonesia
Matematika
Pengetahuan Alam
Kerajinan Tangan dan Kesenian
Mendengarkan
Bikangan cacah sampai dengan tiga angka
Makhluk hidup dan proses kehidupan
Rupa:
Gambar ekspresi
Berbicara
Pengukuran:
Panjang, berat
Benda dan sifatnya
Gambar imajinatif
Membaca

Energi dan perubahannya
Objek imajinatif
Menulis


Ritme (warna, garis)
Berdasarkan pemetan aspek dalam setiap mata pelajaran sebagaimana yang tercetak tebal dan diarsir diatas, maka selanjutnyaa dapat ditetapkan kompetensi dasar dan indikator dari stiap mata pelajaran sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Bahasa Indonesia
Matematika
Pengetahuan alam
Kerajianan Tangan dan Kesenian
Mendeskripsikan binatang disekitar (secara lisan)
Memahami konsep bilangan cacah
Mendeskripsikan bagian-bagian yang tampak pada hewan disekitar rmah dan sekolah
Menanggapi berbagai unsur rupa:
Bintk, garis, bidang, warna, dan bentuk
3.         Memilih dan menetapkan tema/topik pemersatu
Dalam memilih berikutnya, yaitu memilih dan menetapkan tema terdapat beberapa hal yang perlu pertimbangan, diantaranya :
a.         Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya
b.        Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, dan kebutuhan, dan kemampuan.
c.         Penetapan tema dimulai dari lingkungan terdekat dan dikenalain oleh siswa. Tema-tema pemersatu yang akan dibahas dalam pembelajaran tematik bisa ditetapkan sendiri oleh guru dan/atau bersama siswa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut. Contoh tema, seperti peristiwa alam, keluarga, kebersihan, kesehatan, rekreasi, alat transportasi, alat komunikasi, pengalaman, dan sebagainya.
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalau luas atau tidak terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan konkret. Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi dapat menjadi suatu materi atau isi pembelajaran. Bila digambarkan akan tampat seperti dibawah ini :
Anak Tema 3
Anak Tema 2
Anak  Tema 1
Materi 1
TEMA
Materi 2
Materi 3
 





Gambar 9.1 Penentuan Ruang Lingkup Tema Dalam Model Pembelajaran  Tematik
Sebagai contoh tema tentang  “pengalaman” dapat dikembangkan menjadi anak tema :
1.    Pengalaman menyenangkan
2.    Pengalaman menyedihkan
3.    Pengalaman lucu atau menggelikan
Tema “alat transportasi” dapat dikembangkan menjadi anak tema :
1.    Transportasi darat
2.    Transportasi laut
3.    Transportasi udara

4.    Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik       pemersatu
Pada tahap ini dilakukan  pemetaan keterhubungan kopetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemertaan tersebut dapat dibuat dalam bantuk bagan matriks jaringan tema yang memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu, dalam pemetaan ini harus nampak juga hubungan tema pemersatu dengan indikator-indikator pencapainnya.
Tema BINATANG




                                                                                                                           
5. Menyusun Silabus Pembelajaran Tematik
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran tematik. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang: (1) mata pelajaran yang akan dipadukan, (2) kompetensi dasar, (3) indikatornya yang akan dicapai, (4) kegiatan pembelajaran berisi tentang materi pokok, strategi pembelajaran, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, dan alokasi waktu yang dibutuhkan, (5) sarana dan sumber, dan (6) penilaian.
6. Penyusunan Rencana Pembelajaran Tematik
Penyusunan rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembaelajaran tematik meliputi:
a.    Tema atau judul yang akan dipelajari dalam pembelajaran.
b.   Identitas mata pelajaran.
c.    Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai.
d.   Mater
e.    i pokok beserta urainnya yaang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
f.    Strategi pembelajaran.
g.    Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaiankompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik.
h.   Penilaian dan tindak lanjut.

FORMAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
(1) Kompetensi Dasar
Tuliskan kompetensi dasar yang dapat dipadukan dari beberapa mata pelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan pembelajaran tematik.
(2) Indikator
Tuliskan indikator yang Anda kembangkan dari Kompetensi Dasar di atas dari beberapa mata pelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan pembelajaran tematik.
(3) Tujuan Pembelajaran
Tuliskan tujuan pembelajaran yang Anda jabarkan dari Kompetensi Dasar di atas yang mengandung kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
(4) Materi Pokok
Tuliskan pokok-pokok materi (beserta uraian singkat) yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indicator.
(5) Metode Pembelajaran
Tuliskan metode yang digunakan dalam pembelajaran tematik. Penatapan metode boleh lebih dari satu, misalnya: ceramah bervarlasi, tanya jawab, diskusi, pembelajaran kooperatif, pemecahan masalah, dan sebagainya.
(6) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Tuliskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran berupa alur kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar, mencakup kegiatan tatap muka dan pengalaman belajar.
a.       Kegiatan Pendahuluan (± 25 menit)
Kegiatan awal atau pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan pembuka yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran tematik. Fungsinya terutama memberikan motivasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat berkisar antara 10-30 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan saksama.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya, yaitu: (1) melakukan apersepsi, yaitu mengaitkan materi yang telah diberikan dengan materi yang akan dipelajari, sehingga pemahaman siswa menjadi utuh, (2) menginformasikan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dilakukan agar siswa mengetahui arch dan capaian yang akan diperoleh dalam kegiatan yang akan dilakukannya, (3) me!akukan pretest ata-a-kuis, yaitu untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari, Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara mengecek atau memeriksa kehadiran siswa, menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar siswa, dan membangkitkan perhatian siswa.
b.      Kegiatan Inti (Sesuai dengan Alokasi Waktu yang Ditetapkan)
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,riernotivasi siswa untuk berpartisipasi aktil" serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan 0 bakat, minas, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik, melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajarai, tematik yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiences). pengalaman belajar tersebut bisa dalam benwk kegiatan tatap muka dan non-tatap muka. pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa, sedangkan pengalaman belajar nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan somber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa.
Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik bersifat situasional, dalam arti perlu disesuaikan dengan situasi clan kondisi di mana proses pembelajaran itu berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran tematik. Kegiatan paling awal Yang perlu dilakukan guru adalah memberitahukan tentang tema yang akan dibahas clan kompetensi dasar yang hares dicapai oleh siswa beserta garis-garis besar materi/bahan pembelajaran yang akan dipelajari. Hal ini perlu dilakukan agar siswa mengetahui semenjak awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan diperolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang cukup praktis untuk memberitahukan kompetensi tersebut kepada siswa bisa dilakukan dengan cara tertulis atau lisan, atau kedua-duanya, guru menuliskan kompetensi tersebut di papan tulis dilanjutkan dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi tersebut dikuasai siswa.
Kegiatan lainnya di awal kegiatan inti pembelajaran, yaitu menjelaskan alternative kegiatan belajar yang akan dialami siswa. Dalam tahapan ini guru perlu menyampaikan kepada siswa tentang kegiatan-kegiatan belajar yang harus ditempuh siswa dalam mempelajari tema, topik, atau materi pembelajaran. Kegiatan belajar yang ditempuh siswa dalam pembelajaran tematik lebih diutamakan pada teriadinya proses belajar yang berkadar aktivitas tinggi. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk belajar. Siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dipelajarinya, sehingga prinsip-prinsip belajar dalam teori konstruktivisme dapat dijalankan.
Dalam membahas dan menyajikan materi pembelajaran tematik harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku siswa. Penyajian bahan pembelajaran hares dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep-konsep dari mata pelajaran satu dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini, guru harus berupaya menyajikan bahan pelajaran dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong siswa pada upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran tematik bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran secara klasikal, kelompok kecil, dan perorangan.
c.    Kegiatan Penutup (± 25 menit)
  Kegiatan akhir dalam pembelajaran tematik tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak penilaian hasil belajar siswada lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar siswa. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu, guru perlu mengatur dan momanfaatkan waktu dengan baik. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di antaranya: (1) siswa menyimpulkan KBM di bawah arahan guru, (2) melaksanakan post test atau penilaian akhir, (3) melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, (4) menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, (5) mengiriffminasikan topik atau terra yin; akan dibahas pada pertemuan yang akan dating, dan 6) menutup kegiatan pembelajaran.
(7)      Alat, Media, dan Sumber
Tuliskan berbagai alat, media, dan sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian kompetensi dasar dan indikator. Gunakan cara penulisan yang sudah bake, tuliskan jug-a bagian/bab dan halamannya.
(8)      Penilaian Hasil Belajar
Tuliskan jenis, bentuk, dan alat tes yang digunakan untuk menilai pencapaian proses dan hasil belajar siswa, serta tindak lanjut hasil peni­laian (kalau diperlukan), seperti: remedial, pengayaan, atau percepatan. Sesuaikan dengan teknik penilaian berbasis kelas, seperti penilaian portofolio, hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (written test). Dan tidak lupa mencantumkan kunci ja­waban dari soil tes yang telah dibuat. pembelajaran tematik bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran secara klasikal, kelompok kecil, dan perorangan.
(9) Penilaian Hasil Belajar
Tuliskan jenis, bentuk, dan alat tes yang digunakan untuk menilai pencapaian proses dan hasil belajar siswa, serta tindak lanjut hasil penilaian (kalau diperlukan), seperti: remedial, pengayaan, atau percepatan. Sesuaikan dengan teknik penilaian berbasis kelas, seperti penilaian portofolio, hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (written test). Dan tidak lupa mencantumkan kunci jawaban dari soil tes yang telah dibuat.
 7. Pengelolaan Kelas
a)      Pengaturan Tempat Belajar
Tempat belajar seperti ruang kelas dan ruangan yang lainnya seperti laboratorium, workshop/bengkel kerja, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu ditata dan diatur sedemikian rupa agar dapat menumbuhkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Jika memungkinkan, disediakan tempat khusus sebagai ruang display untuk memamerkan atau memajangkan hash pekerjaan siswa. Nlaksudnya agar siswa termotivasi untuk bekerja lebih giat lagi dan menumbuhkan inspirasi bagi siswa yang lainnya. Hasil kerja yang dipajangkan dapat merupakan hasil kerja perorangan maupun kelompok kecil seperti gambar, diagram, peta, model, benda tiruan, puisi, karangan/cerita pendek, dan sebagainya. Jika tidak memungkinkan disimpan di ruangan khusus, ruang kelas pun bisa dijaclikan tempat untuk memajangkan hasil kerja siswa, namun perlu ditata dan diatur serta diperhatikan aspek keindahan, kebersihan, kenyamanan, dan tidak mengganggu konsentrasi siswa saat belajar. Perlu juga diatur mengenai berapa lama hasil kerja siswa tersebut dipajangkan.
Pengaturan tempat belajar di kelas meliputi pengaturan meja, kursi, lemari, perabotan kelas, alas, media, atau cumber belajar lainnya yang ada di kelas. Untuk pelaksanaan pembelajaran tematik, pengaturan ruang, kelas harus fleksibel atau mudah diubah-ubah oleh siswa disesuaikan dengan tuntutan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Kadang-kadang bisa bentuk berjajar, atau berkelonipok. Untuk mengingkatkan intensitas interaksi belajar antarsiswa, disarankan ruang kelas tidak dalam bentuk berjajar/berbaris.
b)      Pengaturan siswa
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik yang didasarkan alas pengaturan siswa dapat dilakukan secara klasikal (kelompok besar), kelompok kecil, clan perorangan (individual). Kegiatan pembelajaran klasikal dapat digunakan apabila lebih banyak bentuk penyajian bahan pembelajaran dari guru, terutama ditujukan untuk memberikan informasi yang lebih bersifat informatif clan faktual tentang suatu terra yang dibahas atau sebagai pengantar proses pembelajaran tematik. Dalam Proses belajarnya, siswa lebih banyak mendengarkan atau bertanya
tentang bahan pelajaran yang tersaji dalam suatu terra. Dari segi proses, pembelajaran klasikal ini dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak (mendengarkan) dan melatih kemampuan bertanya. Tujuan pengaturan siswa secara klasikal, yaitu untuk menjelaskan bahan pembelajaran yang belum diketahui atau dipahami oleh siswa dengan lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Kegiatan yang dilaksanakar, dengan pengaturan siswa dalam kelompok kecit dilakukan dengan cara siswa di kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (4-6 orang siswa) sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar. Pengaturan secara kelompok kecil ini terutama ditujukan untuk mengembangkan konsep dari bahan pembelajaran tematik sekaligus untuk mengembangkan aktivitas sosial, sikap, dan nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kegiatan pembelajaran kelompok kecil bisa dilakukan dengan menggunakan metode diskusi, penelitian sederhana (observasi), pemecahan masalah, atau metode lain yang memungkinkan dan sesuai dengan tuivan/kompetensi dasar yang akan dicapai dar, karakteristik maters pembelajaran itu sendiri.
Kesempatan siswa untuk membina sikap tanggung jawab dan toleransi dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran kelompok kecil ini. Lebih jauh siswa akan memahami hal-hal yang bersifat problematic baik berdasarkan terria yang dibahas maupun berdasarkan permasalahan sosial yang nyata, di mana secara tidak langsung siswa belajar mencari alternatif pemecahannya melalui kelompok belajarnya. Pengaturan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ini perlu dikembangkan dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar agar siswa memiiiki kemampuan sosial, seperti kemampuan bekerja sama, kemampuan berkomunikasi, beriteraksi, dan kemampuan bermusyawarah.
Pengaturan siswa secara perorangan (individual) dalam pembelajaran tematik dapat mengarahkan proses pembelajaran pada optimalisasi kemampuan siswa secara individu dan dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tuntas (mastery learning). Kegiatan pembelajaran perseorangan bisa digunakan untuk menampung kegiatan pengayaan dan perbaikan. Program pengayaan (enrichment) perlu diberikan kepada siswa yang memiliki prestasi atau kemampuan yang melebihi dari teman sekelasnya. Sedangkan kegiatan perbaikan (remedial) dilaksanakan untuk membantu siswa yang menguasai kompetensi dasar, kurang berhasil dan prestasinya di bawak rata-rata teman sekelasnya. Program perbaikan juga disediakan untuk siswa yang tertinggal pelajarannya karma alasan-alasan tertentu.
c)      Pemilihan Bentuk Kegiatan
Dalam melaksanakan pembelajaran tematik di sekolah dasar, guru perlu menguasai bentuk-bentuk kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, dimulai dari kegiatan membuka pelajaran, menjelaskan isi terra, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memberikan penguatan, mengadakan variasi mengajar, sampai dengan menutup pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran berkaitan dengan usaha guru dalam memulai pelaksanaan pernbelajaran, tematik untuk mengarahkan siswa pada kondisi belajar dan pembelajaran yang kondusif dan bermakna (meaningfid learning). Paling tidak, dalam kegiatan membuka pelajaran, guru perlu menumbuhkan perhatian siswa, membangkitkan motivasi belajar siswa, memberi acuan, dan rnImbuaL kaitan-kaitan.
Dalam memberikan penjelasan mengenai isi tema, informasi harus dijelaskan secara sistematis, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan yang lain. Kegiatan menjelaskan harus berpengaruh secara langsung terhadap pemahaman siswa akan tema yang dipelajarinya. Kegiatan menjelaskan diawali dengan melakukan perencanaan mengenai isi terra pembelajaran yang akan dijelaskan dan menganalisis karakteristik siswa sebagai pihak yang akan menerima penjelasan. Selain menjelaskan isi tema, perlu juga diperbanyak kegiatan bertanya untuk memperoleh informasi tentang sesuatu objek clan meningkatkan terjadinya interaksi pembelajaran yang efektif.
Pemberian penguatan perlu juga dilakukan untuk memberikan respons terhadap perilaku atau perbuatan siswa yang dianggap positif agar perilaku tersebut dapat berulang kembali atau meningkat pada waktu yang lain. Memberi penguatan bisa dilakukan dalam bentuk verbal dan non-verbal. Penguatan verbal berupa kata-kata atau kalimat pujian, dukungan, pengakuan, atau dorongan yang dapat menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Kata-kata atau kalimat tersebut biasanya merupakan balikan atau informasi bagi siswa alas perilaku yang ditampilkannya. Bentuk penguatan nonverbal ditunjukkan dengan caracara seperti taut wajah atau mimik muka, gerakan atau isyarat badan (gestural reinforcement), gerak mendekati siswa (proximity reinforcement), sentuhan (contact reinforcement), kegiatan yang menyenangkan, simbol atau tanda (token reinforcement), dan penguatan dengan benda/bararIg. Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan tidak menjenuhkan, maka perlu dilakukan variasi pembelajaran yang berkaitan dengan gaga mengajar guru (teaching style), penggunaan alas dan media pembelajaran, dan poly interaksi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tematik harus diakhiri dengan kegiatan penutupan yang bermakna misalnya dengan cara meninjau kembali (review) apa yang telah dilakukan, melakukan penilaian hasil pembelajaran, dan sebagainya.
d)     Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran tematik perlu juga diperhatikan mengenai optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang bervariasi. Tanga media yang bervariasi maka pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik tidak akan berjalan dengan efektif. Media pembelajaran harus dijadikan sebagai bagian integral dengan komponer, pembelajaran lainnya, dalam anti tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang bermakna.
Penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dapat menggunakan media ari . ke dalam penggunaan media visual, media audio, dan media audio-visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. jenis Media visual ini biasanya paling Bering digunakan oleh guru Sekolah Dasar untuk membantu menyampaikan isi tema pembelajaran yang Belong dipelajari. Media visual contohnya seperti gambar-gambar yang disajikan secara fotografik atau seperti fotografik., misalnya gambar manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi tema yang diajarkan. Selain gambar, terdapat juga yang disebut media grafts, yaitu media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang dirancang secara khusus untuk mengomunikasikan terra-terra pt:rnbellajaran. Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui penggunaan kata-kata, angka serta bentuk simbol (lambang). Jenis media ini seperti grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik.
Media visual lainnya yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik yaitu model dan realia. Model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yangiarang ditemukan, atau objek yang terlalu rumit untuk dibawa ke dalam kelas dan sulit dipelajari wujud aslinya. Jenis-jenis media model di antaranya: model padat (solid model), model penampang (cutaway model), model susun (build-up model), model kerja (working model), mock-up dan diorama. Masing-masing jenis model tersebut ukurannya mungkin persis sama, mungkin juga lebih kecil atau lebih besar dengan objek sesungguhnya. Media realia merupakan alas bantu visual dalam pembelajaran tematik yang berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada siswa. Realia ini merupakan model dan objek nyata dari suatu benda, seperti mata uang, tumbuhan, binatarig, dan sebagainya.
Dari berbagai jenis media yang telah dikemukakan di atas, tampaknya yang lebih sempurna ialah penggunaan media audio-visual. Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual ini, maka penyajian isi tema akan semakin lengkap. Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan togas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi, karena penyajian materi bisa diganti oleh media
.

e)      Penilaian
Model penilaian yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik di Sekolah Dasar mencakup prosedur yang digunakan, jenis dan bentuk penilaian, Berta alat evaluasi yang digunakan. Model penilaian tersebut disesuaikan dengan penilaian bQrbasis kolas pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
1)      Prinsip Penilaian
Pada dasarnya penilaian dalam pembelajaran tematik tidak berbeda dari penilaian dalam kegiatan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, semua ketentuan yang ada dalam penilaian pembelajaran konvensional, bisa berlaku pula dalam pembelajaran tematik dengan memerhatikan beberapa penekanan penilaian terhadap efek pengiring (nurturant effects) seperti kemampuan kerja sama dan tenggang rasa, di samping juga keutuhan persepsi yang menjadi ciri khan dari pembelajaran tematik.
Untuk memperoleh hasil yang akurat, dalam melaksanakan penilaian pembelajaran tematik guru perlu memerhatikan beberapa prinsip penilaian, yaitu prinsip integral dan komprehensif, yakni pen]'alan dilakukan secara utuh dari menyeluruh terhadap semua aspek pembelajaran, balk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Prinsip kesinambungan, yakni penilaian dilakukan secara ..,MI .!t-!a, terus-menerus dan bertahap untuk memperoleh gambaran ,enzang perkembangan tingkal. laku siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian harus sudah di rencanakan bersamaan dengan kegiatan penyusunan program semester dilaksanakan. sesuai dengan program yang telah disusun. Prinsip oLliektif, yakni penilaian dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang a,.ndq.1 dan dilaksanakan secara objektif, sehingga dapat menggambarkan kerrvarnpuan yang diukur.
2)      Objek Penilaian
Objek dalam penilaian pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah up;-,,Ya pemberian nilai terhadap kegiatan. pembelajaran yang dilakukan merupakan kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-ailai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu Baling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.
3)      Jenis dan Alat Penilaian
Jenis penilaian pembelajaran tematik dilihat dari segi alatnva terdiri atas tes (test) dan bukan tes (non test). Sistem penilaian dengan menggunakan teknik tes disebut penilaian konvensional. Sistem penilaian tersebut kurang dapat menggambarkan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh, sebab biasanya hasil belajar siswa digambarkan dalam bentuk angka-angka atau hurruf-huruf di mana gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu, untuk melengka.pi gambaran kemajuan belajar siswa secara menyeluruh, perlu dilengkapi dengan menggunakan teknik penilaian lainnya, yaitu teknik bukan tes.
Penilaian dengan menggunakan teknik bukan tes disebut penilaian alternatif (alternative assessment). Penilaian alternatif dipakai sebagai penunjang dalam memberikan gambaran pengalaman dan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh. INIelalui penggunaan penilaian alternatif ini, kemajuan belajar siswa dapat diketahui oleh guru dan orang tua, bahkan oleh siswa sendiri. Hal ini sesuai dengan tuntutan penilaian berbasis kolas dalam implementasi Kurikulum 2004, yaitu bahwa penilaian dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar (KBNI) dan dilakukan dengan cara pengumpulan kerja siswa (portfolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (written test). Hasil penilaian pembelajaran terpadu dengan cara tersebut berguna sebagai umpan batik bagi siswa, memantau kemajuan dan diagnosis, masukan bagi perbaikan program pembelajaran, mencapai kompetensi yang diharapkan, dan memberi informasi komunikatif bagi masyarakat.
Tes tertulis, yaitu suatu tes yang menuntut jawaban secara tertulis dari siswa. Soal-soil Les tertulis disusun dalam bentuk Les objektif dan Les uraian (essay). Tes objektif cukup banyak ragamnya yaitu Les benarsalah (true-false), Les pilihan berganda (multiple choice), Les menjodohkan (matching test), dan Les isian singkat (short answer). Sedangkan Les uraian terdiri atas Les uraian terbatas/tertutup/terstruktur dan Les uraian yang bebas/terbuka. Sifat Les sebagai alas penilaian hasil belajar ada yang mengutamakan kecepatan (speed test) ada juga yang mengutamakan kekuatan (power test).
Catatan Sekolah, merupakan laporan tentang kemajuan belajar siswa berupa penggambaran/deskripsi mengenai aspek-aspek yang dialami siswa-siswa sekolah. Catatan ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi mendalam dan menyeluruh.
Cuplikan Kerja, merupakan penilaian yang dilakukan dengan melihat dalam bentuk proses atau produk yang dihasilkan siswa. Proses yang dihasilkan siswa tersebut selanjutnya digunakan untuk menilai dan menentukan tingkat pengetahuan atau keterampilan siswa untuk mendukung penilaian kinerja (performance test).
Fortofolio, merupakan folder atau dokumen yang berisi hasil karya yang dianggap sangat berarti, merupakan karya terbaik dan favorit, sangat sulit dikerjakan tetapi berhasil, dan sangat menyentuh perasaan atau, memiliki nilai kenangan. Dengan demikian, portofolio ini bukan kumpulan hasil karya siswa, tetapi lebih merupakan pengorganisasian dokumen hasil karya siswa yang dapat menggambarkan profil kompetensi hasil belajarnya. Isi portofolio harus terns direvisi secara periodik di mana pada akhir semester diharapkan diperoleh portofolio final yang telah dinilai oleh guru.
Wawancara, merupakan teknik penilaian lisan yang digunakan untuk memperoleh jawaban dari siswa tentang sesuatu yang telah dipelajari. Penilaian dengan wawancara ini dapat dipakai sebagai penunjang atau pelengkap jika dengan penilaian yang lain belum didapatkan gambaran yang jelas tentang siswa. Wawancara ini dapat dilakukan secara individual ataupun kelompok. Pada saat wawancara guru perlu memberikan rasa aman kepada siswa sehingga mereka memiliki keberanian untuk mengungkapkan informasi yang dibutuhkan oleh guru secara nyaman dan tidak terpaksa.
Observasi, merupakan teknik penilaian alternatif yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara teliti Berta mencatat secara sistematis tentang sesuatu yang terjadi pada diri siswa dalam proses pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Observasi ini harus se!alu diusahakan dalam situasi yang alarm agar dapat memperoleh data yang sebenarnya.
Jurnal, merupakan catatan harian yang menggambarkan kegiatan siswa setiap hari. Jurnal ini dapat berisikan hal-hal yang dilakukan siswa di dalam kelas maupun di luar jam sekolah. Selain itu dapat juga dipakai oleh guru untuk memberi pertimbangan, motivasi, dan penguatan kepada siswa.
Catatan Anekdot, merupakan catatan pengamatan informal yang menggambarkan perkembangan bahasa maupun perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaga belajar, keterampilan, clan strategi yang digunakan siswa atau yang berkaitan dengan hal apa Baja yang tampak bermakna ketika dilakukan pengamatan. Catatan ini berisi komentar singkat yang spesifik mengenai sesuatu yang, dikerjakan dan yang perlu dikerjakan siswa yang didokumentasikan secara terusmenerus sehingga menggambarkan kemampuan berbahasa siswa secara lugas. Aktivitas siswa yang menunjukkan kemampuan dan perkembangan diri dicatat pada suatu kartu catatan (setiap anak satu kartu). Catatan tersebut mencakup juga kelebihan, kekurangan, dan kemajuan-kemajuan yang dicapai siswa.
4)      Pelaporan Hasil Penilaian
Laporan hasil penilaian pada dasarnya merupakan laporan kemajuan belajar siswa selama mengikuti pembelajaran selama satu semester yang dibuat sebagai pertanggungiawaban sekolah kepada orang tua/wali siswa, komite sekolah, atasan, masyarakat dan instansi terkait lainnya. Laporan hasil penilaian ini juga merupakan sarana komunikasi dan sarana kerja sama antara sekolah dengan orang tua yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar siswa maupun bagi pengembangan sekolah. Laporan hasil penilaian disusun dengan jalan memperhitungkan seluruh informasi yang terkumpul berikut teknik pengolahannya. Penyusunan laporan tersebut dilakukan secara logis, sistematis, komprehensif dan diakhiri dengan sejumlah rekomendasi dan saran-saran yang disampaikan kepada semua pihak terkait.
Bentuk laporan hasil penilaian untuk pembelajaran tematik di sekolah dasar tampaknya masih sama dengan yang sudah biasa dilakukan saat ini. Hal ini disebabkan pelaksanaan pembelajaran tematik tersebut tidak bermula dari kurikulum yang sifatnya terpadu, artinya kompetensi dasar yang,harus dicapai masih terpisah-pisah ke dalam berbagai mata pelajaran. Nannun demikian, benuik laporan hasil penilaian dalam pembelajaran tematik tidak disajikan dengan hanya menuliskan angka yang sulit dipahami maknanya oleh siswa dan orangtua. Laporan hasil penilaian tersebut haruslah disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif sehingga profil atau tingkat kemajuan belajar siswa mudah terbaca dan dapat dipahami oleh orang tua atau pihak yang berkepentingan lainnya. Dari laporan tersebut, orang tua dapat segera mengidentifikasi kompetensi apa saja yang beium dimiliki anaknya, sehingga dapat dengan mudah menentukan jenis bantuan apa yang, diperlukan untuk membantu anaknya tersebut. Siswa sendiri dengan laporan tersebut dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang perlu diperbaikinya.
Isi laporan hasil penilaian diharapkan dapat menginformasikan beberapa hat yang berkaitan dengan: keadaan anak selama mengikuti pelajaran yang sifatnya akademik, fisik, sosial dan emosional; partisipasi anak dalam kegiatan di sekolah; kompetensi yang sudah dan belum dikuasai dengan baik; saran untuk orang tua dalam membantu anak lebih lanjut. Informasi tersebut hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, menitikberatkan pada apa yang telah dicapai siswa, memberikan perhatian pada pengembangan pembelajaran anak, berkaitan dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum, berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar, dan menunjukkan hasil penilaian yang sahib dan ajeg.
Untuk penilaian yang bersifat harian tidak diperlukan format khusus. Laporan dapat berupa penyerahan hasil tes, hasil tugas atau hasil kerja siswa yang sudah dinilai guru, Berta komentar tertulis sebagai umpan balik bagi siswa dan orang tuanya. Orang tua diminta untuk menandatangani hasil tugas dan hasil kerja yang sudah dinilai tersebut dan mengembalikannya kepada guru untuk diadministrasikan sebagai bukti clan bahan pertimbangan dalam mengisi buku rapor.
K.      Implikasi Model Pembelajaran Tematik
Penggunaan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar mengarah pada peningkatan mutu pendidikan clan memberikan prospek yang sangat mendukung terhadap pelaksanaan Kurikullum 2004 yang berbasis kompetensi. Model pembelajaran tematik dapat mengembangkan wawasan clan aktivitas berpikir siswa melalui jaringan tema yang berisi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yang utuh/terpadu dan simultan.. Penggunaan model ini berimplikasi pada proses penciptaan situasi belajar dan pembelajaran di mana siswa mempelajari beberapa mata pelajaran secara terpadu dalam satu tema pemersatu. Keterpaduan tersebut akan membuat konsep atau keterampilan yang ada dalam mata pelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Model pembelajaran tematik di sekolah dasar juga memberi peluang untuk membangun pengetahuan secara utuh, tidak terpecahpecah dalam mata pelajaran.
1.    Implikasi Bagi Guru
Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap berhasilnya penerapan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, guru dituntut untuk kreatif clan memiliki jiwa inovatif. Hal pertama yang harus dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran tematik, baik secara konseptual maupun secara praktikal. Kebiasaan-kebiasaan yang terjacli dalam menerima suatu bentuk inovasi dalam pembelajaran, guru cenderung ingin langsung atau dipaksa melaksanakannya tanpa dibarengi dengan pemahaman yang tuntas dari inovasi yang dikembangkan tersebut. Akibatnya, inovasi tersebut jarang yang berumur panjang dan selalu kandas di tengah jalan, bukan disebabkan karena buruknya bentuk inovasi tersebut, tetapi lebih disebabkan sifat konservatif pada diri guru yang lebih senang dengan sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar yaitti bahwa pembelajaran tematik ini dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatari belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh. Dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap terra, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan sekitar siswa. Pilihlah tematema yang terdekat clan familiar dengan anak, namun demikian selalu mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada terra-terra tersebut.
2.    Implikasi Bagi Siswa
Siswa sebagai objek dan subjek belajar merupakan faktor utarra keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Penggunaan cara baru dalam penyampaian isi kurikulum melalui penerapan model pembelajaran tematik perlu diperkenalkan dan dikondislkan sejak dini agar tidak menimbulkan kerancuan-kerancuan yang dapat mengganggu dan berpengaruh negatif terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa sendiri perlu menyadari atau disadarkan akan pentingnya pengaitan materi/isi kurikulum pada masing-masing mata pelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna bagi kehidupannya kelak. Kesiapan menerima pembelajaran yang mengharuskan adanya keterkaitan antarsatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya merupakan hal mutlak yang harus dipahami oleh siswa dalam membangun pengetahuan yang lebih bermakna clan dapat dipublikasikan.
3.    Implikasi terhadap Buku Ajar
Penerapan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar menuntut tersedianya bahan ajar, terutama buku ajar, yang memadai clan dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran yang terintegrasi antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan.
Sekalipun, buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran masih dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, namun pada masa mendatang perlu diupayakan adanya buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi untuk membantu siswa sejak dini memahami berbagai ilmu pengetahuan secara inter-disipliner. Bahan ajar tersebut berpangkal dari terra-terra yang melekat dalam kehidupan siswa dan lingkungannya.
4.    Implikasi terhadap Sarana dan Prasarana, Sumber Belajar, dan Media Pembelajaran
Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep Berta prinsip-prinsip secara holistik dan autentik. Oleh karena itu, penerapan model ini akan sangat berimplikasi terhadap ketersediaan berbagai sarana dan prasarana belajar yang memadai disertai dengan manajemen yang baik. Hal yang paling dominan dalam kaitannya dengan sarana-prasarana yang dibutuhkan dalam penerapan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar ini yaitu tersedianya sumber belajar yang lengkap dengan pengelolaan yang profesional. Sumber belajar tersebut baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran lk (by design), maupun sumber lingkungan belajar yang tersedia di I'ngkun-an yang tidak didesain untuk kepentingan pembelajaran, namun dapat dimanfaatkan (by utilization).
Agar pengelolaan sumber belajar berjalan dengan baik, pada masingmasing sekolah atau rayon sekolah, perlu didirikan suatu pusat sumber belajar (learning resources-center) yang merupakan suatu tempat yang dirancang secara khusus untuk melaksanakan aktivitas terorganisasi dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, mengevaluasi, dan meneliti berbagai sumber untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan pembelajaran tematik.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons